Breaking News

ARSYAD, SOSOK SOPIR BUS YANG TAK BIASA


Entah telah berapa kali saya bolak balik Bima – Lombok dalam hidup ini. Setiap kali perjalanan yang saya tempuh selalu ada kisah yang terceritakan dengan apik, selalu ada cerita yang kerap terkisahkan. Menyelipkan harapan dan mengobar semangat-semangat yang terus mengayunkan kaki untuk melangkah. Menukik sejarah untuk sebuah catatan dimasa depan kelak.
Sudah sekian kali dalam rangkaian perjalanan yang saya lalui, bersama seorang Sopir Bus Malam yang biasa ku panggil Se’o. Bagi saya, beliau adalah kawan cerita yang mengasyikan dikala kantuk belum mendekap raga. Menemani ia berkisah tentang banyak hal, menemani dengan obrolan kecil yang hangat. Ia juga merasa cukup terbantu tatkala pedal gas terpengaruh oleh rasa kantuk bila sepi mengenyam jalan.
Se’o panggilan bagi lelaki berbadan besar ini, aslinya bernama Arsyad (52 thn). Lelaki yang selama ini dikenal sebagai sopir senior di PO AKAP Bus Malam ‘Surya Kencana’ trayek Bima-Mataram. Berpenampilan sederhana, berwibawa dan jarang berbincang dengan penumpang bila sedang menyetir. Sesekali guyon dengan penumpang yang duduk paling depan bila kornet nya sedang lelap, untuk menghalau kantuk yang menyapanya.
Se’o mengawali diri sebagai Sopir di PO Surya Kecana sejak tahun 1986, saat itu masih dengan mobil Cold Disel dengan trip perjalanan Bima - Alas. Yach, 29 tahun sudah ia mengabdikan diri sebagai pengantar penumpang. Banyak hal yang ia temukan dalam perjalanannya, banyak cerita-cerita hidup yang ia dapati dari setiap kilometer yang dilaluinya. Ia mulai dipercayakan untuk mengemudikan mobil besar (Bus) pada tahun 1994. Saat itu Surya Kencana masih memiliki 3 armada Bus besar dengan trayek Bima – Mataram.
Bagi banyak orang, Se’o hanyalah seorang Supir Bus, yach, Sopir Bus pengantar penumpang yang diupah oleh pemilik Bus. Namun bagi saya pribadi, Se’o adalah Motivator kehidupan, Se’o adalah Inspirator banyak hal. Se’o adalah salah seorang Guru bagi saya, tentang Keikhlasan, tentang Kesabaran, tentang Ketabahan dan tentang Kesyukuran.
Entah sudah berapa kali saya menjadi penumpang di Bus nya dalam perjalanan Bima – Mataram maupun sebaliknya. Satu hal yang selalu saya perhatikan, bila saat istrahat makan penumpang di Rumah Makan yang biasa disinggahi, RM (Rumah Makan) Pahrayangan – Sumbawa besar, tidak pernah sekalipun saya mendapati ia tidak Sholat. Demikian pula saat berada di atas Kapal Motor Penyebrangan (KMP) yang biasa menyebrangkan kendaraan dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok, ia selalu menyempatkan diri untuk sholat Subuh.
Bagi saya, ini sangat jarang dilakoni oleh para Sopir pada umumnya. Demikian pula bila melakukan perjalanan dari Lombok menuju Bima, sholat Ashar dan magrib biasa ia dirikan diatas KMP saat menyebrang, sedangkan sholat Isya ia dirikan dirumah makan. Selalu demikian selama sekian kali saya menjadi penumpang di Bus nya.
Tidak saja Perkara Sholat 5 Waktu yang kerap ia dirikan, Suami dari Ma’ani (49 thn) ini juga memiliki hati yang peka, hati yang begitu mulia. Pasutri yang telah menikah lebih dari 29 tahun ini ternyata belum di Karuniai anak seorang pun. Namun, karena jodoh dan keharmonisan cinta kasih yang mereka bangun, niat cerai pun tak terlintas dalam benak mereka saat menyadari ketiadaan keturunan yang bisa diberikan oleh Ma’ani.
29 tahun mereka hidup bersama, mereka bahagia karena mensyukuri setiap anugerah-Nya. “Anak adalah amanah yang dititipkan untuk dirawat, dibesarkan dan diajarkan kebaikan, lalu apa bedanya saya yang mengasuh anak angkat dengan mereka yang mengasuh anak kandung?” Ungkap Se’o
Se’o dan Sitrinya, Ma’ani, kemudian mengasuh anak orang lain, membesarkan sejak masih umur Balita. Mereka dibesarkan dengan penuh cinta kasih dan kebahagiaan. Yach, Se’o adalah Seorang Supir Bus, membagi hasil keringat kepada anak-anak asuhnya. Saat ini Se’o bersama Istrinya membesarkan 8 orang anak asuh yang diambil dari Balita. Anak-anak ini adalah anak-anak miskin, yang dilentarkan oleh orang tuanya, maupun yang Yatim dan Piatu.
Ma’ani, istri Se’o hanyalah Buruh Tani musiman, sedangkan Se’o hanyalah seorang supir biasa yang diupah berdasarkan kerja dan kinerja. Sebagai Supir Bus malam dengan trayek Bima – Mataram PP (Pulang Pergi) sesungguhnya tidak cukup untuk kehidupan 8 orang anak yang diasuhnya tersebut, namun ada saja Rejeki yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Anak yang mereka asuh, malah sudah ada yang sedang kuliah, ada yang masih duduk dibangku SMU, SLTP dan SD, malah ada yang belum sekolah karena baru berumur 4 tahun. Semuanya dibiayai sendiri oleh Se’o dari keringat dan kerja kerasnya.
Se’o yang berdomisili di RT 01 RW 01 Desa Sakuru kecamatan Monta ini, tidak pernah mengeluh dalam membesarkan ke 8 anak yang diasuhnya. Belum lagi, beberapa anak-anak Yatim maupun Piatu lainnya disekitar kampungnya, ada pula anak-anak yang ditinggal pergi oleh Ibu atau bapaknya merantau menjadi TKI. Hampir tiap hari bermain dan berkumpul dirumah Se’o. Kerap, rumah Se’o menjadi Dapur umum bagi anak-anak ini.
Kamal, Fendy, Dimas, Syahril, Atun, Wanda serta seorang perempuan yang tidak ingin disebutkan namanya oleh Se’o karena beberapa pertimbangan adalah anak-anak yang Se’o asuh dengan penuh cinta. Meski saya mencoba mendorong untuk membangun Yayasan, namun Se’o menolak karena Ia tidak mencari uang, mencari nama dan mencari ketenaran dengan cara membesarkan anak-anak ini.
“Saya sayang mereka (Anak Asuh) dan saya besarkan mereka dengan keringat kerja saya sebagai seorang Kuli Bus, saya ikhlas dan bahagia bisa membesarkan mereka lebih-lebih melihat mereka sukses” Tegas Se’o. Namun bagaimana pun Se’o telah membuktikan bahwa untuk beramal tidak harus menunggu kita kaya raya.
Tak ada yang istimewa dari diri Se’o, namun tidak semua orang meski orang yang sudah lebih berkecukupan sekalipun mampu melakoni hidup seperti Se’o. Bekerja sebagai sopir bus malam, tidak meninggalkan perkara sholat 5 waktu, dan mampu membesarkan 8 anak asuh sebagai bentuk tanggungjawab manusia pada umumnya, yaitu membesarkan anak sebagai Amanah dalam berumah tangga.
Kita yang sudah berkecukupan saja, belum tentu mampu dan mau melakukan hal-hal tersebut. Se’o adalah salah seorang ‘Pemantik’ Cahaya bagi generasi lainnya. Se’o adalah manusia biasa yang luar biasa, menjadi Imam bagi keluarga, menjadi Tulang Punggung sebagai tanggungjawab kepala keluarga, sekaligus menjadi Ayah dari 8 orang anak yang diasuhnya. Berganti posisi lah dengan Se’o agar kita memahami betapa hidup ini Wajib untuk disyukuri. Berganti posisi lah dengan Se’o agar memahami bahwa Hidup itu akan menjadi begitu Indah bila kita bisa saling berbagi.
Se’o adalah Pejuang Kehidupan, Se’o adalah Pejuang yang nyata bagi generasi, Se’o adalah Teladan bagi kita semua. Se’o adalah Guru bagi kita yang mengetahuinya. Seorang Sopir Bus yang tak melupakan dimana tempat berasal dan dimana tempat akan kembali.
“Dunia bagi saya adalah proses, Dunia adalah ladang amal, tempat kita menukar Tiket untuk akhirat, tempat kita diuji dan dicoba, tempat kita dilatih dan menempa diri. Sedangkan Hidup itu sesungguhnya ada di akhirat sana.” Ungkapnya dalam perjalanan kemarin malam (12/3).
“Berbuatlah untuk orang banyak, Niscaya suatu waktu Orang banyak akan Berbuat untukmu” Itulah sekelumit kesimpulan dari Kisah dalam perjalanan kali ini. Sosok Se’o yang sederhana, mewakafkan dirinya untuk anak asuh yang dibesarkannya dan mengabdikan tenaga bagi keselamatan Penumpang yang diantarnya.

Penulis : Rangga Babuju