Breaking News

MENGEMBALIKAN BENTANG ALAM DI TAMBANG BATU BARA


Pada tahun ini Adaro menargetkan mereklamasi lahan seluas 250 ha atau meningkat dari reklamasi tahun sebelumnya seluas 203 ha.

DARI puncak titik pandang dengan ketinggian 120 meter di atas permukaan laut, puluhan alat berat terlihat seperti kotak-kotak kecil beriringan mengikuti alur jalan galian tambang yang menjorok ke perut bumi sedalam 220 meter.

Tampak lubang-lubang galian tambang menganga dan penuh dengan air mirip seperti danau. Para pegawai pertambangan tampak memompa air ke luar melalui jaringan pipa agar aktivitas pengambilan batu bara tidak terganggu. Kemudian alat berat jenis heavy duty (HD) berkapasitas 100 ton sampai 200 ton mengangkut hasil tambang batu bara ataupun tanah disposal menuju tempat penumpukan atau stock pile di bagian permukaan.

Inilah potret kegiatan pertambangan di kawasan tambang batu bara di Desa Tutupan milik PT Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Bukit-bukit yang disebut disposal atau kawasan itu nantinya akan ditanami atau dihijaukan kembali melalui kegiatan reklamasi.

Kegiatan pertambangan selama ini telah mengubah bentang alam karena ada proses pengambilan isi bumi. PT Adaro Indonesia tercatat sebagai salah satu perusahaan tambang batu bara berskala besar.

Perusahaan itu memiliki lahan konsesi seluas 35.800 hektare (ha) dan melakukan aktivitas penambangan di tiga tempat, yakni di Tutupan dan Wara, Kabupaten Tabalong, dan di Paringin, Kabupaten Balangan.

Dengan kemampuan mereklamasi rata-rata 200 ha per tahun, saat ini Adaro telah mereklamasi lebih dari 2.000 ha. Pada tahun ini, Adaro menargetkan mereklamasi lahan seluas 250 ha atau meningkat dari reklamasi tahun sebelumnya seluas 203 ha.

“Dalam sehari kami harus menyiapkan 1.000 bibit pohon atau minimal menanam 1 hektare dan 40%-nya tanaman lokal,” ujar Herry Wahyudi, penanggung jawab nursery PT Adaro Indonesia, Kamis (19/2).

Untuk mendukung reklamasi, telah dibangun tempat pembibitan dengan kapasitas 130 ribu bibit di atas tanah seluas 2 ha.

Sentra pembibitan itu memproduksi rata-rata 30 ribu bibit per bulan. Kegiatan reklamasi di tambang Adaro akhirnya menjadi tempat studi banding puluhan perusahaan tambang yang beroperasi di Kalsel.

Salah satu reklamasi yang cukup berhasil di Paringin Selatan, Kabupaten Balangan. Dari luas areal bukaan tambang 260 ha itu, capaian reklamasi sudah 173 ha.

Kawasan yang gersang kini menjadi hutan subur.

Ada 16 ribu bibit tanaman khas Kalimantan seperti ulin, keruing, tengkawang, biwan, bayur, dan kapur, termasuk 76 jenis burung dan berbagai satwa liar.

Danau-danau bekas tambang kini dijadikan kolam ikan. Bahkan areal tambang Paringin kini dirancang sebagai areal rekreasi dan bumi perkemah an. (Denny Susanto/N-4)

Sumber : MI/24/02/2015/Halaman 25

Tidak ada komentar